PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDUP LAPANG DENGAN BERBAGI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SONDAKAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu
pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa diketahui melalui sejauh mana
komitmen masyarakat, bangsa ataupun negara dalam menyelenggarakan Pendidikan
nasional. Pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik
untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar
tetap produktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu daya aktif dan partisipatif
harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.
Pada dasarnya, Bangsa yang besar dan
kuat adalah bangsa yang selalu menjadikan pendidikan agama sebagai basis
membangun kemandirian dan karakter kepribadian, sehingga tercipta sumber
daya-sumber daya manusia yang unggul, berilmu, beriman dan beramal sholeh.
Sumber daya manusia yang tak hanya cerdas secara intelektual, namun juga cerdas
secara emosional. Tak hanya berilmu, tapi juga dengan
ilmunya mampu membangun masyarakat dan membentuk karakter yang terbaik.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidik melihat peserta didik
merupakan individu yang tengah berkembang, memiliki rasa ingin tahu yang besar,
mereka tumbuh membentuk pribadi seutuhnya melalui belajar, baik dari lingkungan
sekitar, maupun dari sebuah lembaga salah satu diantaranya yakni sekolah. Dan
karena sebab itulah seorang pendidik harus dapat memberikan sebuah solusi untuk
dapat memenuhi rasa ingin tahunya yang sangat besar dan akan selalu ingin untuk
dipenuhi sebagai peserta didik. Pendidik diharapkan mampu memberikan tantangan
dengan memberikan sejumlah permasalahan baru untuk segera diselesaikan oleh
peserta didik. Semua itu dapat dilakukan termasuk dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
Pendidikan agama Islam sebagai
sebuah mata pelajaran sangatlah terikat oleh nilai – nilai Ketuhanan, walaupun
pada kenyataan pemaknaannya ia merupakan perpaduan antara keunggulan spiritual
dan kultural. Berbicara tentang pendidikan agama tidak selalu identik dengan
penambahan jam pelajaran. Namun, pendidikan agama bisa di gabungkan dengan
berbagai materi pelajaran lain. Model dan metode dapat kita kombinasikan
sehingga pelajaran agama tidak hanya teori saja namun ada muatan praktik-
praktik pendidikan agama dapat dijadikan modelnya.
Guru dituntut untuk dapat
menciptakan pembelajaran yang inteaktif, aktif dan efisen sehingga peserta
didik terhindar dari rasa bosan. Guru berperan memotivasi, menunjukkan dan
membimbing siswa melakukan kegiatan belajar. Sedangkan siswa berperan untuk
mempelajari Kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan
berpikir dan berbuat didalam dan terhadap dunia kehidupan. Wina Sanjaya
mendefinisikan inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan atau Tindakan –
Tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru
untuk memecahkan masalah Pendidikan.
Pembelajaran
pada dasarnya terkait dengan bagaimana mendidik siswa atau bagaimana membuat
siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan atas kemauannya sendiri untuk
mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan
peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam kurikulum dengan analisa tujuan pembelajaran dan
karakteristik isi bidang studi pendidikan yang terkandung dalam kurikulum.
Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan
cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai
dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran menjadi kunci suksesnya ketercapaian
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Peranan metode pembelajaran yaitu sebagai alat untuk menciptakan
proses belajar mengajar. Dengan meode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa berhubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain
terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai
penggerak dan pembimbing. Sedangkan siswa berperan sebagai penerima dan yang
dibimbing. Posisi interaksi akan berjalan baik jika siswa banyak aktif
dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode pembelajaran yang baik adalah metode
yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Pemilihan metode yang tepat ini
ditujukan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
Selain itu untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik
sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam belajar.
Pembelajaran aktif merupakan model
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran dikelas.
Sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
kompetensinya. Selain itu belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan
nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri. Dengan
demikian belajar aktif dapat melatih siswa menajamkan pisau analisis peserta
untuk mengupas suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya inovasi pembelajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan minat belajar siswa, meningkatkan mutu
pembelajaran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan serta memperbaiki
pembelajaran sebelumnya kearah yang lebih baik. Dilihat dari konteks perbaikan
kualitas Pendidikan, model pembelajaran yang dipilih oleh penulis adalah
Problem based learning yang diterapkan pada materi Hidup Lapang Dengan Berbagi
(Zakat). Permasalahan yang terjadi pada siswa – siswi SDN Sondakan kelas IV
tahun pelajaran 2022/2023 pada pembelajaran PAI terutama pada materi Hidup
Lapang Dengan Berbagi (Zakat) sering dianggap sulit oleh peserta didik. Hal ini
terbukti dengan rendahnya nilai ulangan harian kelas IV SD Negeri Sondakan,
sehingga dibutuhkan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
Keprihatinan kami sebagai seorang
pendidik akan kurangnya pengetahuan peserta didik tentang zakat maka kami ingin
sekali mencari solusi masalah tersebut. Menemukan cara bagaimana sebaiknya cara
belajar aktif yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga mereka antusias
mengikuti proses pembelajaran PAI tentang materi hidup lapang dengaan berbagi (zakat).
Memahamkan peserta didik bahwa zakat hukumnya wajib dan implikasinya adalah
pahala bagi yang menunaikannya dan neraka bagi yang menolak dan mengingkari
perintah Allah Swt. Harapan nya peserta didik menyadari pentingnya menunaikan
zakat karena hubungannya langsung dengan Allah, hartanya, dirinya maupun hubungan
dengan kemanusiaan. Sehingga hasil belajar pada materi ini perlu ditingkatkan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang zakat.
Zakat merupakan salah satu pokok
bahasan dari ilmu fiqih. Persoalan hukum fiqih tidak akan terlepas jauh dari kehidupan
keseharian, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan secara kolektif dalam
masyarakat umum. Di lingkungan keluarga menggunakan hukum fiqih, dalam
kehidupan sosial juga butuh ilmu fiqih, dalam ilmu pemerintahan sekalipun akan
mengacu pada aturan fiqih. Tiada dimensi kehidupan satupun yang tak tersentuh
oleh hukum fiqih. Fiqih telah membahas hukum Islam secara komprehensif atau
kaffah. Tanpa pedoman fiqih aturan hidup akan menjadi kacau balau. Yang menjadi
permasahan berikutnya ialah bagaimana kiat mengajarkan ilmu fiqih kepada
masyarakat. Jawabnya yaitu dengan mengawali pembinaan hukum fiqih mulai dari
peserta didik Sekolah Dasar (SD) atau madrasah Ibtidaiyah (MI).
Berdasarkan keterangan di atas hukum
mempelajari ilmu fiqih berarti wajib bagi semua umat Islam. semua tahu
mempelajari ilmu tentang hukum itu sangat sulit. Sebab cakupan bahasanya yang
luas dan adanya penggunaan istilah-istilah khusus (asing) dalam materi
pembelajarannya. Sehingga membutuhkan strategi yang jitu untuk bisa
menghasilkan kegiatan pembelajaran yang baik. Bagaimana cara mempelajari ilmu
fiqih dengan efektif dan efisien? Pertanyaan inilah yang akan di bahas dalam
penelitian ini. Akan tetapi untuk lebih menspesifikkan pembahasan peneliti
memfokuskan kajiannya pada materi hidup lapang dengan berbagi (zakat) kelas IV.
Hasil pencapaian belajar siswa kelas
IV SD Negeri Sondakan ternyata masih banyak siswa yang memiliki nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada ulangan harian. Data ini didapat dari
hasil ulangan harian yang dikerjakan siswa. Hal ini diasumsikan karena
penggunaan metode pembelajaran oleh guru yang bersifat teacher centered. Untuk
itu maka peneliti tertarik untuk melakukan studi riset dengan pendekatan
Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) ini. Dari uraian permasalahan
di atas sekiranya perlu mengadakan inovasi pembelajaran dengan mengubah metode
yang diterapkan. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.
Dalam tindakan PTK peneliti
menggunakan model pembelajaran problem based learning. Problem based
learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan seberapa aktif peserta
didik dalam selalu berpikir kritis dan selalu terampil ketika dihadapkan pada
penyelesaian suatu permasalahan. Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar
ini tergantung dari seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.
Model pembelajaran problem based
learning bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan
yang telah atau akan dipelajarinya. Dalam menggunakan model pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat mengetahui kenapa mereka harus belajar, semua informasi
yang mereka kumpulkan melalui analisis materi pembelajaran, eksperimen, ataupun
melalui diskusi dengan temannya dengan metode jigsaw atau berkelompok misalnya
bertujuan untuk memcahkan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Peningkatan
Hasil Belajar Materi Zakat Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning”.
2.
PEMBATASAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
diatas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana penerapan model problem based
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hidup Lapang Dengan
Berbagi Kelas IV SD Negeri Sondakan Tahun Ajaran 2022/2023?”
3.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan
penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi semua pihak yang terkait
untuk meningkatkan prestasi belajar PAI.
2. Tujuan khusus
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi zakat kelas IV SD
Negeri Sondakan dengan penerapan model problem based learning.
4.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat mengetahui bagaimana penerapan
model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Sebagai
bahan informasi bagi berbagai kalangan yang hendak melakukan penelitian
selanjutnya atau untuk mengetahui secara mendalam bagaimana proses penerapan
model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan hasil
belajar.
2. Manfaat
Praktis
a.
Manfaat bagi siswa
Penelitian ini membantu siswa dalam
mengaktifkan dirinya dalam proses pembelajaran sehingga keinginan siswa untuk
belajar meningkat. Selain itu melalui model problem based learning dapat
menunjukkan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman
informasi.
b.
Manfaat bagi guru
Menjadi bahan masukan untuk para
praktisi Pendidikan khususnya guru PAI dalam menggunakan model pembelajaran problem
based learning agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar
dapat tercapai dengan maksimal.
c.
Bagi kepala sekolah
Menjadi bahan masukan bagi guru untuk
mengembangkan kompetensinya. Terutama dalam menggunakan model – model
pembelajaran Kurikulum Merdeka salah satunya problem based learning.
BAB
II
KERANGKA TEORI
1.
LANDASAN TEORI
A. Hasil
Belajar
1) Pengertian
Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Dalam KBBI
dijelaskan pengertian “hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan,
dsb) oleh usaha.” Pengertian lain “hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.” Dapat
disimpulkan bahwa hasil yang ingin dicapai perlu adanya usaha berupa proses
maupun aktifitas.
“Belajar adalah proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.” Selain itu juga belajar dapat
diartikan sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatakan proses kognitif.” Dalam definisi lain menyatakan bahwa “belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Dari beberapa definisi di atas mengenai
belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman atau latihan dan proses berpikir.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pretest, proses, dan posttest. Ketiga
hal tersebut dijelaskan berikut ini.
1)
Pretest (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan
pretest. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretest memegang peranan
yang cukup penting dalam proses pembelajaran.
2)
Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan
proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan
melalui modul. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari
segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75% peserta didik terlihat
secara aktif, baik fisik, mental maupun, sosial dalam proses pembelajaran.
Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaktidaknya Posttest sebagian
besar 75%. Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi,
serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
3)
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan
posttest. Posttest memiliki banyak pengetahuan terutama dalam melihat
keberhasilan pembelajaran.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian untuk mengukur
seberapa jauh belajar yang siswa peroleh setelah melalui serangkaian proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengukur suatu hasil pada pencapaian
tujuan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
2)
Jenis-Jenis Hasil Belajar
Howard Kingsley membagi “tiga macam hasil belajar, yakni
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.”
Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar.
Menurutnya sistematika tersebut mengelompokan hasil-hasil belajar yang
mempunyai ciri-ciri sama dalam satu kategori. Kelima hal tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Keterampilan intelektual,
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan
simbol huruf, angka, kata atau gambar.
2) Informasi verbal, seseorang
belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara
lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3) Strategi kognitif, kemampuan
seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4) Keterampilan motorik,
seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu.
5) Sikap, keadaan mental yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja
otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut antara lain sebagai berikut:
1)
Hafalan: Kemampuan memanggil kembali fakta
yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah.
2)
Pemahaman: Kemampuan untuk melihat hubungan
fakta dengan fakta.
3)
Penerapan: Kemampuan kognitif untuk memahami
aturan, hukum, rumus atau sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah.
4)
Analisis: Kemampuan memahami sesuatu dengan
menguraikannya ke dalam unsur-unsur.
5)
Sintesis: Kemampuan memahami dengan
mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan.
6)
Evaluasi: Kemampuan membuat penilaian dan
mengambil.
Kawasan afektif,
meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta
pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima
jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut:
1)
Penerimaan: Kesediaan menerima rangsangan
dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.
2)
Partisipasi/Merespon: kesediaan memberikan
respon dengan berpatisipasi.
3)
Penilaian/Penentuan Sikap: Kesedian untuk
menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut.
4)
Organisasi: Kesediaan mengorganisasikan
nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.
5)
Karakterisasi: Menjadikan nilai-nilai yang
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi
bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.
Ranah psikomotor berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
1)
Persepsi: Kemampuan membedakan suatu
gejala dengan gejala lain.
2)
Kesiapan: Kemampuan menempatkan diri
untuk memulai suatu gerakan.
3)
Gerakan Terbimbing: Kemampuan melakukan gerakan
meniru model yang dicontohkan.
4)
Gerakan Terbiasa: Kemampuan melakukan gerakan
tanpa ada model contoh kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga
menjadi kebiasaan.
5)
Gerakan Kompleks: Kemampuan melakukan
serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.
6)
Kreatifitas: Kemampuan menciptakan
gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan
gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa hasil belajar bukan hanya diukur dari hasil kognitif akan
tetapi membawa ke aspek yang lain pula diantaranya aspek afektif yang mana aspek
ini melihatkan perubahan sikap dan nilai, dan juga membawa kepada aspek
psikomotor berkaitan pada keterampilan dan kemampuan baik secara bertingkah
laku, fisik dan psikologis.
B. Materi
Zakat Kelas IV SD
a.
Pengertian Pembelajaran PAI
Mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang membahas
masalah fikih ibadah dan fikih muamalah. Fikih ibadah berisi pengenalan dan
pemahaman tentang tata cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam konteks fikih muamalahnya dibahas ketentuan
makanan dan minuman yang halal dan yang haram, khitan, qurban, jual beli, dan
pinjam meminjam.
Adapun Standar Kelulusan sesuai Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah yaitu mengenal
dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari
ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai dengan
pelaksanaan ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan,
kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci
dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli. Selain itu juga bertujuan
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pembelajaran
fikih berfungsi sebagaimana berikut ini:
1) Penanaman nilai – nilai dan kesadaran beribadah
peserta didik kepada Allah sebagai pedoman kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat.
2) Penanaman kebiasaan menerapkan hukum islam
dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku sesuai dengan peraturan
yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
3) Pembentukan kedisiplinan dan tanggung jawab
sosial dimasyarakat.
4) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
5) Pembangunan mental peserta didik terhadap
lingkungan fisik dan social melalui ibadah muamalah.
6) Perbaikan kesalahan-kesalahan,
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pelaksanaan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari.
7) Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih
atau hukum islam pada jenjang yang lebih tinggi.
Dalam konteks ini pembelajaran PAI
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menerapkan hukum islam dalam
keseharian. Materi pokok zakat kelas IV memiliki kompetensi dasar antara lain
menjelaskan macam-macam zakat, menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat
mal, dan mempraktikkan tata cara zakat fitrah dan zakat
harta. Berikut ialah materi zakat kelas IV SD :
1. Pengertian zakat benda/harta
Zakat secara Bahasa berarti
menyucikan. Zakat berarti nama pula yang berarti bertambah, tumbuh dan
berkembang serta mendapat keberkahan. Zakat harta menurut istilah hukum islam
adalah dikeluarkannya harta oleh orang yang wajib mengeluarkan zakat kepada
orang yang berhak menerima zakat. Syarat wajib zakat yaitu :
a. Beragama Islam
b. Pemberi zakat adalah orang yang merdeka, bukan
budak
c. Hartanya dimilik secara sah
d. Telah mencapai satu nisab
e. Telah mencapai haul
Dengan demikian yang dimaksud zakat
harta adalah suatu kadar harta yang diberikan oleh orang yang wajib zakat
mengeluarkannya kepada oang yang berhak menerimanya. Zakat juga berfungsi
menyucikan diri dari sifat-sifat tercela dan untuk meyucikan harta kekayaannya
yang dimilikinya. Hal itu berkaitan dengan firman Allah dalam Q.S. At-taubah :
103 yang artinya “ambilah zakat dari Sebagian harta mereka. Dengan zakat itu
kamu membersihkan menyucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka... (QS. At- Taubah:
103)
2. Hukum zakat harta
Menunaikan zakat hukumnya fardhu ain, yaitu kewajiban yang
harus dilakukan oleh setiap orang muslim. Dasar perintah zakat dijelaskan oleh
Allah dalam surat al- Baqarah ayat 43 yang berarti “Dan dirikanlah sholat,
tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS.
Al-Baqarah: 43)
3. Orang yang wajib zakat harta
Orang Islam yang memiliki harta kekayaan yang cukup wajib
mengeluarkan zakat mal (harta). Zakat harta diserahkan kepada amil zakat
(panitia zakat) atau kepada BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan sadaqah)
yang kemudian disalurkan kepada orang
yang berhak menerimanya sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Arti nisab dan haul
Nisab adalah batas atau jumlah minimal suatu harta wajib
dikeluarkan zakatnya. Haul artinya harta yang wajib dizakati telah dimiliki
selama satu tahun.
5. Harta yang wajib dizakatkan
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain binatang ternak, emas dan perak, hasil
pertanian dn perkebunan, hasil perniagaan, rikaz dan pendapatan gaji.
6. Orang yang berhak menerima zakat
Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik zakat.
Penentuan mustahik ini didasarkan oleh firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
At-Taubah ayat 60. Berikut terjemahan ayatny “Sesungguhnya zakat-zakat itu
hanyalah untuk orang-orang yang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para
mualaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang
beruntung, sabilillah,, dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah maha mengetahui lagi maha
bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)
Mustahik zakat ada 8 golongan (asnaf)
yaitu:
a.
Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai usaha dan penghasilan
yang tetap
b.
Miskin, yaitu orang yang mempunyai penghasilan tetap tetapi
penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan
c.
Amil, yaitu panitia yang mengurus, menerima, dan mneyalurkan
zakat kepada orang yang berhak menerimanya
d.
Mualaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam, yang
islamnya masih lemah.
e.
Budak, yaitu hamba sahaya yang masih berada di tangan
majikannya
f.
Garim, yaitu orang yang berutang untuk kebaikan dan tidak
mampu mengembalikan
g.
Sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah atau
orang yang berjuang untuk menegakkan agama Allah
h.
Ibnu sabil, yaitu orang yang sedang perjalanan jauh untuk
kebajkan (seprti pelajar atau mahasiswa yang kekurangan ongkos dalam perjalanan.
C.
Model Problem
Based Learning
a.
Pengertian
Model Pembelajaran
Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat
bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.”
Definisi lain mengungkapkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk
merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan
dalam membentuk materiil- materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film,
pita kaset, dan program media computer, serta kurikulum (serangkaian studi
jangka panjang).
Adapun Soekamto dkk dalam Trianto
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dan mengorganisasikan pengalamanbelajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktifitas belajar mengajar.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran adalah serangkaian rencana yang memberikan
gambaran tentang prosedur sistematis rancangan pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran mencakup berbagai hal
yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran, termasuk didalamnya adalah
penerapan metode dan strategi, penggunaan media, pemberian evaluasi, dan lain
sebagainya.
Model pembelajaran memiliki urgensi yang
sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran
merupakan panduan atau pedoman bagi para pendidik dalam hal pelaksanaan proses
belajar mengajar. Pentingnya model pembelajaran ini menuntut keharusan kepada
para pendidik agar dapat merancang dan menentukan model pembelajaran seperti
apa yang akan diterapkan dalm proses pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Pengertian Problem Based Learning
Problem
Based Learning adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, di rancang masalah-masalah yang menuntut
siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang
nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.
“Pembelajaran berdasarkan masalah adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan belajar.”
Strategi pembelajaran berdasarkan
masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara
individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitif
peserta didik terbiasa dalam pemecahan masalah mengambil keputusan, menarik
kesimpulan, mencari informasi dan membuat artefak sebagai laporan mereka.
Dilihat dari aspek psikologi, pembelajaran berbasis masalah
bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan
semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi
secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi
sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak
hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui
penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
“Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.”
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang
memanfaatkan masalah yang nyata, dengan tujuan mempersiapkan dan membiasakan
siswa menghadapi masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya.
c. Tokoh Problem Based Learning
Tiga orang tokoh konstuktivistik yang banyak berbicara
tentang pembelajaran berorientasi masalah, masing-masing adalah;
1)
John Dewey menyatakan bahwa sekolah
merupakan laboraterium bagi peserta didik untuk penyelidikan dan pengatasan
masalah kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru
untuk melibatkan peserta didik di berbagai proyek berorientasi masalah dan
membantu mereka menyelidiki berbagai proyek masalah sosial dan intelektual
penting. Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar peserta didik harus
diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak
hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula guru, guru
harus menciptakan suasana agar peserta didik senantiasa merasa haus akan
pengetahuan.
2)
Kilpatrick menjelaskan bahwa
pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful
(memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak. Pembelajaran yang purposeful itu dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya dan memerintah anak-anak dalam kelompok kecil untuk
menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri.
3)
Jean Piaget membenarkan bahwa anak-anak
memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus berusaha memahami dunia
disekitarnya. Keingintahuan anak terhadap lingkungan yang dialaminya, dia
berusaha mengkonstruksikan secara aktif refresentasi-refresentasi dibenaknya
tentang lingkungan yang dia alami.
d.
Ciri – ciri
Problem Based Learning
Strategi pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning
memiliki tiga ciri utama, yaitu:
1)
Problem based learning merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi problem
based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Problem based learning tidak
mengharapkan siswa hanya mencatat, mendengar kemudian mengafal mata pelajaran,
akan tetapi siswa dituntut untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2)
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,
problem based learning menempatkan
masalah sebagai kunci utama dalam proses pembelajaran.
3)
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah, yaitu proses berpikir yang sistematis dan empiris.
e.
Pelaksanaan Problem Based Learning
Pertama, peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari
3 orang dan maksimal 5 orang. Kedua,
menentukan sarana dan tujuan pelajaran berbasis masalah
adalah salah satu diantara tiga pertimbangan penting.
Tabel 2.1 Sintaks Problem based learning
Fase |
Aktivitas Guru |
Fase 1 Mengorientasikan siswa pada
masalah |
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi
siswa terlibat aktif pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilih |
Fase 2 Mengorganisasi siswa untuk
belajar |
Membantu siswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi |
Fase 3 Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok |
Mendorong siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari
untuk penjelasan dan pemecahan |
Fase4 Mengembangkan dan menyajikan
laporan |
Membantu siswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya |
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah |
Membantu siswa melakukan
refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangsungnya pemecahan masalah |
f.
Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning
1)
Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri
baik terhadap hasil maupun proses belajar
2)
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
3)
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
4)
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
5)
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
6)
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
Kelebihan yang lain dipaparkan secara
singkat sebagai berikut:
1)
Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.
2)
Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.
3)
Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Disamping keunggulan, problem based learning juga memiliki
kelemahan, diantaranya:
1)
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba
2)
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3)
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari
Adapun kekurangan lain sebagai berikut:
1)
Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
2)
Membutuhkan banyak waktu dan
dana.
3)
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
2.
PENELITIAN TERDAHULU
1. Hasil penelitian Lin Suciani
Astuti (2011) yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan
Kimia melalui Model Pembelajaran PBL (Problem
Based Learning)”, menyatakan penerapan model pembelajaran PBL (Problem based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep kesetimbangan kimia.
2. Hasil
Penelitian Robiatul Adawiyah (2011) yang berjudul: “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara)”menyatakan
bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning.
3. Hasil
Penelitian Muhannimah (2016) yang berjudul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqh
Melalui Model Problem Based Learning (Penelitian Tindakan Kelas VIII di
MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi)”menyatakan bahwa penerapan model problem based
learning pada materi zakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
MTs Al-Ihsan Pondok Gede.
3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka
berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas yaitu : Adanya
Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Zakat Melalui Model Problem Based Learning
Pada Siswa Kelas IV SDN Sondakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
JENIS
PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
tindakan kelas (classroom action research)
dengan model problem based learning mencoba
untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas tersebut.
Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian
tindakan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian penelitian tindakan kelas
(PTK) perlu kita telusuri pengertian penelitian tindakan. Menurut Kemmis,
“penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang
dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran
praktik sosial mereka.” Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan
oleh Elliot yang menyatakan “penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi
sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang
ditimbulkannya.”
“Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris
classroom action research, yang
berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat
tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.”
Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat
rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini
peneliti menggunakan 2 siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap
kegiatan setiap siklus, yaitu:
1.
Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan
pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
dilakukan.
2.
Tindakan (action)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan.
3.
Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
4.
Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data
yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
2.
VARIABEL
PENELITIAN
Ada dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel
independen (variabel bebas) dan variabel despenden (variabel terikat). Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel
terikat. Sementara variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, akibat
dari adanya variable bebas. Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.
Variabel Independen: Penerapan metode Problem Based Learning
(PBL)
Metode Problem Based Learning (PBL) adalah metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman dalam
pemecahan masalah yang struktur dan konteksnya mirip dengan masalah-masalah
dalam kehidupan nyata. Dalam penelitian ini, PBL dijadikan sebagai variabel
independen, yang berarti metode ini menjadi faktor yang diubah atau
dikendalikan oleh peneliti untuk melihat dampaknya terhadap variabel dependen.
b.
Variabel Dependennya: Hasil belajar peserta didik pada materi
Zakat
Hasil belajar peserta didik adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh atau dikembangkan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar peserta
didik pada materi Zakat menjadi variabel dependen. Artinya, variabel ini
menjadi faktor yang diamati dan dicatat perubahannya sebagai akibat dari
perubahan pada variabel independen (penerapan PBL).
3.
POPULASI
DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian merujuk keseluruhan
individu, objek atau fenomena yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian
ini, populasi adalah siswa-siswi kelas IV SDN Sondakan Tahun Pelajaran 2022/2023
yang siswanya berjumlah 12 orang.
Sampel adalah sekelompok individu atau objek yang
dipilih dari populasi untuk dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian
tindakan kelas (PTK) ini, sampel adalah seluruh kelas yang menjadi populasi
dijadikan sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini juga adalah siswa-siswi
kelas IV SDN Sondakan Tahun Pelajaran 2022/2023.
Proses pemilihan sampel dari populasi harus dilakukan
dengan cermat untuk memastikan bahwa sampel tersebut dapat mencerminkan
karakteristik populasi. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena seluruh
kelas dijadikan sampel, maka hasil penelitian diharapkan dapat mencerminkan
kondisi sebenarnya yang terjadi di dalam kelas tersebut.
4.
JENIS,
SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Instrumen
Tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir
(postes). Tes awal (prestes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan tes akhir (postes) adalah
bahan-bahan pelajaran yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan
biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.
2. Instrument non tes
a. Lembar observasi
“Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.” Lembar observasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas
siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan
guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan
dengan sintaks model problem based
learning.
b. Catatan lapangan
“Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti
atau mitra yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek
penelitian tindakan kelas.”4 Catatan lapangan ini memuat kondisi
siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning.
c. Lembar wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran
umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah- masalah yang dihadapi di
kelas.
5.
TEKNIK
ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Analisis data dilakukan setelah semua
data yang diperlukan terkumpul. Proses analisis diawali dengan mendata seluruh
data yang ada dari berbagai sumber, baik berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Setelah itu mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam
satuan-satuan serta mengkategorikannya. Data yang diperoleh berupa
kalimat-kalimat dan data tentang aktifitas guru dan siswa, diubah menjadi
kalimat yang bermakna dan ilmiah. Analisis data tersebut berlangsung pada saat
pengumpulan dan dengan pertimbangan analisis dilakukan berdasarkan analisis
logis.
Pengujian teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dan dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara pretest dan posttest pada setiap siklus, untuk melihat perbedaan hasil belajar
pada setiap siklus. Penelitian ini berhasil jika setelah dilakukan tindakan
terjadi peningkatan hasil belajar pada materi.
Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest, gain menunjukan peningkatan atau penguasaan konsep siswa
setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Untuk perhitungan N-Gain. Uji normal gain digunakan untuk
menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus menurut Meltzer.
N gain =
Dengan kategorisasi perolehan :
g tinggi = nilai (g)>0.70
g sedang = 0,70 > (g) > 0,3
g rendah = nilai (g) < 0,3
A. Indikator Kerja
Penelitian ini mengungkapkan masalah
rendahnya hasil belajar siswa. Data rendahnya hasil belajar siswa diperoleh
dari hasil observasi pra penelitian.kemudian dengan memanfaatkan teori-teori
yang ada sebagai bahan pendukung dilakukan penelitian tindakan yaitu dengan
mengubah pembelajaran bersifat konvensional dengan model problem based learning. Penerapan model problem based learning dilakukan berdasarkan asumsi bahwa hasil
belajar siswa akan meningkat setelah diterapakan model problem based learning.
Penelitian tindakan ini diupayakan untuk
memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi yakni meningkatkan hasil
belajar siswa. Jika hasil yang diharapakan sudah tercapai maka penenlitian ini
dihentikan atau siklus berakhir. Penelitian ini berakhir atau dihentikan dengan
indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PAI tentang zakat yang di lihat dari nilai
rata – rata sudah mencapai nilai 75 atau lebih dan ketuntasan hasil belajar
siswa yang diharapkan mencapai persentase 80% dengan nilai 75 atau lebih.
2. Adanya peningkatan
partisipasi aktif siswa pada proses pembelajaran yang di lihat dari lembar observasi.
B. Prosedur Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 3 siklus
2. Langkah – Langkah sederhana dalam siklus
terdiri dari :
Tabel
3.2 tahapan pelaksanaan siklus
Perencanaan |
1.
Menyiapkan kelas tempat
penelitian 2.
Membuat Modul Ajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah 3.
Mendiskusikan Modul Ajar dengan kolaborator 4.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah 5.
Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan 6.
Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara dan
catatan lapangan serta keperluan observasi
lainnya 7.
Menyiapkan sumber belajar |
Pelaksanaan |
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Pelaksanaan pembelajaran
dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan metode diskusi 3. Membagi lembar tugas untuk
didiskusikan secara kelompok 4.
Memonitor kegiatan-kegiatan siswa pada saar proses pembelajaran 5.
Meminta hasil kerja setiap kelompok dikemukakan di depan kelas 6.
Menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama siswa 7.
Pemberian tugas kepada siswa pada materi yang akan dibahas selanjutnya |
Pengamatan |
Dalam tahap ini peneliti
melakukan pengamatan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada
siklus selanjutnya |
Refleksi |
Tahap ini
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil
evaluasi dijadikan feedback dalam
merencanakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Serta
melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul dari hasil
observasi, hasil tes dan menentukan keberhasilan dan kelemahan atau
kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan dasar perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya |
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI KONDISI AWAL
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti,
bahwa data yang di peroleh masih banyak siswa yang kurang aktif memperhatikan
materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa cenderung bermalas-malasan
dalam mendengarkan penjelasan guru, sehingga hasilnya kurang maksimal. Proses
pembelajaran di kelas cenderung monoton, karena dalam hal ini siswa hanya
sebagai pendengar. Dikarenakan metode mengajar yang digunakan menggunakan model
pembelajaran yang konvensional sehingga hal ini membuat siswa bosan. Guru
menerangkan semua materi yang sedang dibahas, sedangkan siswa dituntut untuk
mendengarkan. Hanya sesekali guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, dan apabila siswa tidak ada yang bertanya maka guru akan melanjutkan
menerangkan materi. Sehingga hal ini membuat siswa jenuh dan kurang aktif di
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi
awal nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran PAI rendah. Banyak siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar. Berikut ini adalah daftar hasil ulangan
siswa kelas IV materi
hidup lapang dengan berbagi (zakat):
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa PAI Materi Hidup Lapang dengan Berbagi
Kelas IV
NO |
NAMA |
KKTP |
NILAI |
KETERANGAN |
|
TUNTAS |
TIDAK TUNTAS |
||||
1 |
Anin
Syafira Mahira |
75 |
80 |
√ |
|
2 |
Ardhana
Putra |
75 |
75 |
√ |
|
3 |
Bondan
Kinanti |
75 |
65 |
|
√ |
4 |
Danang
Aji Syahputra |
75 |
55 |
|
√ |
5 |
Emilia
Cantika Dewi |
75 |
65 |
|
√ |
6 |
Gandhi
Pratama |
75 |
90 |
√ |
|
7 |
Intan
Permata |
75 |
65 |
|
√ |
8 |
Kinan
Veronika |
75 |
75 |
√ |
|
9 |
Koko
Mardiyanto |
75 |
80 |
√ |
|
10 |
Syafilia
indah marfu’ah |
75 |
70 |
|
√ |
11 |
Tommy
Kurniawan |
75 |
70 |
|
√ |
Jumlah |
|
790 |
5 |
6 |
|
Rata-rata |
|
71,81 |
|
|
|
Perentase |
|
|
45,45% |
54,55% |
Berdasarkan tabel diatas, bahwa siswa yang mencapai ketuntasan
belajar hanya 45,45% dan rata-rata kelasnya adalah 71,81. Hal ini masih jauh
dibawah standar ketuntasan belajar PAI yang telah ditetapkan yaitu 75. Dari
permasalahan tersebut perlu dilakukan adanya suatu tindakan lebih lanjut untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru perlu melakukan strategi pembelajaran
yang tepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan hasil
belajar yang dicapai dapat maksimal.
B.
Deskripsi
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan
tindakan menyiapkan modul ajar yang sesuai dengan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan Materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada materi Zakat.
Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Peserta didik dan menyusun lembar
observasi aktivitas guru dan siswa. Serta pengamatan teman sejawat. Selanjutnya
guru membuat tes tulis untuk mengukur ketercapian tujuan pembelajaran. Sebelum
pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar
observasi.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada
hari Kamis, 30 November 2022 pada pukul 11.00 s.d 12.00 WIB. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan
pendahuluan adalah 5 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiata inti adalah
25 menit, serta alokasi waktu kegiatan penutup adalah 5 menit
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga
kegiatan, yaitu (1) Salam, Doa dan mengecek kehadiran siswa, (2) menyampaikan
tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan pembelajaran (3) menggali pengetahuan
siswa dengan pertanyaan pemantik.
Melalui
kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami mengidentifikasi
masalah, menyelidiki dan memecahkan masalah, dan mempresentasikan. Untuk dapat
menyelesaikan masalah berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based
Learning, pertama-tama guru mengenalkan siswa pada masalah, kemudian membagi
siswa dalam kelompok, dan membimbing siswa dalam penyelidikan kelompok dan
individu, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi dan ditutup dengan
evaluasi.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas
siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain
itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa
bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap
kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Jika terdapat kekeliruan,
guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang
hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan
pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal
dimotivasi dan diberi penguatan
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1)
melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning (PBL), (2) siswa
melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa
dan guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam
3.
Observasi
a.
Hasil
Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan dirasa masih sangat kurang dan perlu adanya
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa
terhadap Kegiatan Pembelajaran yang kurang aktif dan fokus pada saat proses
Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan dalam kegiatan belajar mengajar
PAI dan BP masih sangat jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari hasil belajar
siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah siswa 11 orang, terdapat 5
siswa atau 45,45% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 6 Siswa atau 54,55% .
Data dapat dilihat pada tabel 2 di dibawah ini.
Tabel.2 Hasil Asesmen Pengetahuan
NO |
NAMA |
NILAI |
KET |
1 |
Anin Syafira Mahira |
80 |
Tuntas |
2 |
Ardhana Putra |
75 |
Tuntas |
3 |
Bondan Kinanti |
65 |
Tdk
Tuntas |
4 |
Danang Aji Syahputra |
55 |
Tdk
Tuntas |
5 |
Emilia Cantika Dewi |
65 |
Tdktuntas |
6 |
Gandhi Pratama |
90 |
Tuntas |
7 |
Intan Permata |
65 |
Tdk
Tuntas |
8 |
Kinan Veronika |
75 |
Tuntas |
9 |
Koko Mardiyanto |
80 |
Tuntas |
10 |
Syafilia indah marfu’ah |
70 |
Tdk
Tuntas |
11 |
Tommy Kurniawan |
70 |
Tdk
Tuntas |
JUMLAH |
790 |
|
|
RATA-RATA KELAS |
71,81 |
||
KETUNTASAN KLASIKAL |
45,45% |
b.
Aktivitas
Siswa
Hasil penelitian pengamat
terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Problem
Based Learning pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat
pada siklus I adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning digunakan angket yang diberikan kepada
siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa
terhadap model pembelajaran Problem Based Learning, ditunjukan pada tabel 3 di
bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 11 siswa
terhadap model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Hidup Lapang
dengan Berbagi dengan submateri zakat , ditunjukan yang diterapkan selama
kegiatan pembelajaran materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat
, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan metode dan
multimedia yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh
guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan
pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran Problem
Based Learning
Tabel.3 Respon Siswa terhadap
Model Pembelajaran Problem Based Learning
No |
Uraian |
Tanggapan Siswa |
|||
Senang |
Tidak Senang |
||||
F |
% |
F |
% |
||
1 |
Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan
pembelajaran ini? |
11 |
100 |
0 |
0 |
2 |
Bagaimana perasaan kamu terhadap |
|
|
|
|
|
a. Materi pelajaran |
11 |
100 |
0 |
0 |
|
b. LKPD |
10 |
90,1 |
1 |
9,09 |
|
c. Suasana Belajar di
kelas |
10 |
90,1 |
1 |
9,09 |
|
d. Cara penyajian
materi oleh guru |
11 |
100 |
0 |
0 |
3 |
Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu? |
11 |
100 |
0 |
0 |
4 |
Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu? |
11 |
100 |
0 |
0 |
5 |
Apakah kau menginginkan pokok bahasan yang lain
menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning |
9 |
81,82 |
2 |
18,18 |
Ket :
F = Frekuensi respon siswa
N= Jumlah siswa : 11 orang
c.
Aktivitas
Guru
Data hasil pengamatan kemampuan
guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam materi Hidup Lapang dengan
Berbagi dengan submateri zakat pada siklus I sebesar 2,68 yang berarti termasuk
kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel.4 Hasil
Pengamatan teman sejawat
No |
Aspek Yang diamati |
Skor Pengamatan |
|
Siklus I |
Ket |
||
1 |
Tujuan
Pembelajaran |
3 |
Baik |
2 |
Materi
Pembelajaran |
2,8 |
Baik |
3 |
Strategi
Pembelajaran |
2,5 |
Baik |
4 |
Pemilihan Media Pembelajaran |
2,7 |
Baik |
5 |
Pemilihan sumber
belajar |
2,5 |
Baik |
6 |
Pelaksanaan model
PBL |
2,6 |
Baik |
7 |
Evaluasi |
2,7 |
Baik |
Ket:
0 – 1,49 =
kurang baik
1,5 – 2,49 =
cukup
2,5 – 3,49 =
baik
3,5 – 4,0 =
sangat baik
3. S
4.
Refleksi
Tujuan utama penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Lapang
dengan Berbagi dengan submateri zakat dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Hidup Lapang dengan
Berbagi dengan submateri zakat.
Pada siklus 1 terdapat
kekurangan pemahaman siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan
submateri zakat. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini
terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada proses penyelidikan masalah dan juga
pengisian LKPD Kelompok maupun individu dan . Kedua, siswa banyak melakukan
hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman
sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab
dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir
pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut
maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan
pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II.
Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap
kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi dengan baik.
Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa
lebih memahami materi yang diselidiki, untuk masalah yang kedua peneliti
meminta agar siswa lebih serius dan mengurangi saling bermain dengan temannya.
Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail
tentang Materi Hidup lapang dengan berbagi khususnya untuk pertanyaan yang
sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk
masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat
C.
Deskripsi
Siklus II
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru
mempersiapkan tindakan berupa menyiapakn modul ajar yang sesuai dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan Materi Hidup Lapang dengan Berbagi
pada sub materi Infak dan Sedekah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja
Peserta Didik dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Serta
pengamatan teman sejawat, Selanjutnya, guru membuat tes tulis untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas,
guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II
dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Desember 2022 pada pukul 07.35 s.d. 08.05 WIB.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiataninti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan pendahuluan adalah 5 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan
inti adalah 25 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 5 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru
melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) Salam, Doa dan mengecek kehadiran siswa, (2)
menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan pembelajaran (3) menggali
pengetahuansiswa dengan pertanyaan pemantik.
Melalui kegiatan inti mendesain
kegiatan agar siswa dapat mengalami mengidentifikasi masalah, menyelidiki dan
memecahkan masalah, dan mempresentasikan. Untuk dapat menyelesaikan masalah
berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning, pertama-tama guru
mengenalkan siswa pada masalah, kemudian membagi siswa dalam kelompok, dan
membimbing siswa dalam penyelidikan kelompok dan individu, kemudian siswa
mempresentasikan hasil diskusi dan ditutup dengan evaluasi. Guru menjelaskan
terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa
tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling
kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja
siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok.
Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok
yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulumeminta
sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuankelompok yang
benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan
siswa yang belum melakukan dengan maksimaldimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus III antara
lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning (PBL), (2)
siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)
siswa dan guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam.
3.
Observasi
a.
Hasil
Beajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap
KegiatanPembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang munculpada
saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas V SD
Negeri Sondakan dalam kegiatan
belajarmengajar PAI dan BP ada peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar
siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapanmodel
pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah siswa 11 orang, terdapat 8
siswa atau 72,73% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 27,27%
yang tidak tuntas dengan nilai rerata sebesar 66,7. Data dapat dilihat pada
tabel 8 di dibawah ini.
Tabel.8 Hasil Asesmen Pengetahuan Siklus II
NO |
NAMA |
NILAI |
KET |
1 |
Anin Syafira Mahira |
75 |
Tuntas |
2 |
Ardhana Putra |
85 |
Tuntas |
3 |
Bondan Kinanti |
75 |
Tuntas |
4 |
Danang Aji Syahputra |
65 |
Tidak Tuntas |
5 |
Emilia Cantika Dewi |
75 |
Tuntas |
6 |
Gandhi Pratama |
85 |
Tuntas |
7 |
Intan Permata |
65 |
Tidak Tuntas |
8 |
Kinan Veronika |
75 |
Tuntas |
9 |
Koko Mardiyanto |
80 |
Tuntas |
10 |
Syafilia indah marfu’ah |
70 |
Tidak Tuntas |
11 |
Tommy Kurniawan |
75 |
Tuntas |
JUMLAH |
830 |
|
|
RATA-RATA KELAS |
75 |
||
KETUNTASAN KLASIKAL |
72,73% |
a. Aktivitas Siswa
Hasil penelitian pengamat
terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Problem
Based Learning pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada siklus III adalah
rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning digunakan angket yang diberikan kepada
siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa
terhadap model pembelajaran Problem Based Learning, ditunjukan pada tabel 9 di
bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 11 siswa
terhadap model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Hidup Lapang
dengan Berbagi, ditunjukan yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi
Hidup Lapang dengan Berbagi, siswa secara umum memberikan tanggapan yang
positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa
senang dengan metode dan multimedia yang digunakan, suasana kelas, maupun cara
penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima,
selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa
mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model
pembelajaran Problem Based Learning
Tabel.9 Respon Siswa terhadap
Model Pembelajaran Problem Based Learning
No |
Uraian |
Tanggapan Siswa |
|||
Senang |
Tidak Senang |
||||
F |
% |
F |
% |
||
1 |
Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan
pembelajaran ini? |
11 |
100 |
0 |
0 |
2 |
Bagaimana perasaan kamu terhadap |
|
|
|
|
|
a. Materi pelajaran |
11 |
100 |
0 |
0 |
|
b. LKPD |
10 |
90,1 |
1 |
9,09 |
|
c. Suasana Belajar di
kelas |
10 |
90,1 |
1 |
9,09 |
|
d. Cara penyajian
materi oleh guru |
11 |
100 |
0 |
0 |
3 |
Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu? |
11 |
100 |
0 |
0 |
4 |
Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu? |
11 |
100 |
0 |
0 |
5 |
Apakah kau menginginkan pokok bahasan yang lain
menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning |
10 |
90,1 |
1 |
9,09 |
Ket :
F = Frekuensi respon siswa
N= Jumlah siswa : 11 orang
e.
Aktivitas
Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru
dalam mengelola kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
ditunjukan pada tabel 7, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam materi Hidup Lapang dengan
Berbagi pada siklus III sebesar 2,9 yang berarti termasuk kategori baik. Data
dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.
Tabel.10 Hasil
Pengamatan teman sejawat
No |
Aspek Yang diamati |
Skor Pengamatan |
|
Siklus I |
Ket |
||
1 |
Tujuan
Pembelajaran |
3 |
Baik |
2 |
Materi
Pembelajaran |
4 |
Baik |
3 |
Strategi
Pembelajaran |
2,5 |
Baik |
4 |
Pemilihan Media Pembelajaran |
2,7 |
Baik |
5 |
Pemilihan sumber
belajar |
2,5 |
Baik |
6 |
Pelaksanaan model
PBL |
2,8 |
Baik |
7 |
Evaluasi |
2,7 |
Baik |
Ket:
0 – 1,49 =
kurang baik
1,5 – 2,49 =
cukup
2,5 – 3,49 =
baik
3,5 – 4,0 =
sangat baik
f.
Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Lapang dengan
Berbagi dengan submateri zakat dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan
pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi
dengan submateri zakat.
Pada siklus III terdapat kekurangan
pemahaman siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi. Menurut pengamat, ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada
proses penyelidikan masalah , dan juga pengisian LKPD Kelompok maupun individu
dan . Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,
seperti bermain dan berbicara dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu
atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan
guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari
temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi
penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan
pada siklus III. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang
siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi
dengan baik. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi yang diselidiki, untuk masalah yang kedua
peneliti meminta agar siswa lebih serius dan mengurangi saling bermain dengan
temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih
detail tentang Materi Hidup lapang dengan berbagi khususnya untuk pertanyaan
yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu
untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar Materi Hidup Lapang dengan Berbagi submateri Zakat Siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan. Namun hasil belajar siswa belum
mencapai ketuntasan klasikal secara signifikan yaitu ≤80%, untuk itu maka
penelitian tindakan kelas ini akan dilanjutkan ke siklus III
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat
memberikan saran– saran, yaitu:
1. Kepada
guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
2. Kepada
guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
disarankan untuk membuat model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang
lebih menarik dan bervariasi
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Robiatul.
Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan
Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara. Jakarta: FITK UIN, 2011
Ahmadi, Iif
Khoiru dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011
Amir, M. Taufiq.
Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana, 2010
Astuti, Lin
Suciani. Peningkatan Hasil Belajar Konsep
Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning).
Jakarta: FITK UIN, 2011
Daradjat,
Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Depag R. GBPP MTs Mata Pelajaran Fikih. Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993
Departemen Agama
Republik Indonesia. al-Qur’an dan
Terjemahan. Semarang: CV Adi Grafika, 1994
Dimyati dan
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta, 2002
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
-----. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Kunandar.
Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010
Mudlofir, Ali. Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pres,
2011
Muhanimah. Peningkatan
Hasil Belajar Fiqih Melalui Model Problem Based Learning.Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2016.
Paizaluddin dan
Ermalinda. Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Bandung: Alfabeta, 2013
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi pendidikan Agama Islam dan Baasa Arab di
Madrasah. Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009
Redaksi Sinar Grafika. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
RI No.20 Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group, 2010
-----. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2009
Santoso, Slamet Imam. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1987
Shihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994
Siregar, Eveline dan Hertini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2003
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Susanti, Afriani. “Siswa
hanya Fokus Menghafal”. http://m.okezone.com. Jakarta.5
Mei 2016
Suwarna. Pengajarnan Mikro Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidikan Profesional.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006
Syafi’i, Nabila. Pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar
Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai. Jakarta: FITK UIN, 2011
Selengkapnya dapat di lihat di bawah ini!
Komentar
Posting Komentar