PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDUP LAPANG DENGAN BERBAGI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SONDAKAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2022/2023

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.    LATAR BELAKANG MASALAH

            Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa ataupun negara dalam menyelenggarakan Pendidikan nasional. Pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar tetap produktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu daya aktif dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.

            Pada dasarnya, Bangsa yang besar dan kuat adalah bangsa yang selalu menjadikan pendidikan agama sebagai basis membangun kemandirian dan karakter kepribadian, sehingga tercipta sumber daya-sumber daya manusia yang unggul, berilmu, beriman dan beramal sholeh. Sumber daya manusia yang tak hanya cerdas secara intelektual, namun juga cerdas secara emosional. Tak hanya berilmu, tapi juga dengan ilmunya mampu membangun masyarakat dan membentuk karakter yang terbaik.

            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

            Pendidik melihat peserta didik merupakan individu yang tengah berkembang, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka tumbuh membentuk pribadi seutuhnya melalui belajar, baik dari lingkungan sekitar, maupun dari sebuah lembaga salah satu diantaranya yakni sekolah. Dan karena sebab itulah seorang pendidik harus dapat memberikan sebuah solusi untuk dapat memenuhi rasa ingin tahunya yang sangat besar dan akan selalu ingin untuk dipenuhi sebagai peserta didik. Pendidik diharapkan mampu memberikan tantangan dengan memberikan sejumlah permasalahan baru untuk segera diselesaikan oleh peserta didik. Semua itu dapat dilakukan termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

            Pendidikan agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran sangatlah terikat oleh nilai – nilai Ketuhanan, walaupun pada kenyataan pemaknaannya ia merupakan perpaduan antara keunggulan spiritual dan kultural. Berbicara tentang pendidikan agama tidak selalu identik dengan penambahan jam pelajaran. Namun, pendidikan agama bisa di gabungkan dengan berbagai materi pelajaran lain. Model dan metode dapat kita kombinasikan sehingga pelajaran agama tidak hanya teori saja namun ada muatan praktik- praktik pendidikan agama dapat dijadikan modelnya.

            Guru dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang inteaktif, aktif dan efisen sehingga peserta didik terhindar dari rasa bosan. Guru berperan memotivasi, menunjukkan dan membimbing siswa melakukan kegiatan belajar. Sedangkan siswa berperan untuk mempelajari Kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat didalam dan terhadap dunia kehidupan. Wina Sanjaya mendefinisikan inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan atau Tindakan – Tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah Pendidikan.

            Pembelajaran pada dasarnya terkait dengan bagaimana mendidik siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan atas kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan analisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran menjadi kunci suksesnya ketercapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

            Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Peranan metode pembelajaran yaitu sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan meode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa berhubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing. Sedangkan siswa berperan sebagai penerima dan yang dibimbing. Posisi interaksi akan berjalan baik jika siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Pemilihan metode yang tepat ini ditujukan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam belajar.

            Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran dikelas. Sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri. Dengan demikian belajar aktif dapat melatih siswa menajamkan pisau analisis peserta untuk mengupas suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.

            Adanya inovasi pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan minat belajar siswa, meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan serta memperbaiki pembelajaran sebelumnya kearah yang lebih baik. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas Pendidikan, model pembelajaran yang dipilih oleh penulis adalah Problem based learning yang diterapkan pada materi Hidup Lapang Dengan Berbagi (Zakat). Permasalahan yang terjadi pada siswa – siswi SDN Sondakan kelas IV tahun pelajaran 2022/2023 pada pembelajaran PAI terutama pada materi Hidup Lapang Dengan Berbagi (Zakat) sering dianggap sulit oleh peserta didik. Hal ini terbukti dengan rendahnya nilai ulangan harian kelas IV SD Negeri Sondakan, sehingga dibutuhkan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

            Keprihatinan kami sebagai seorang pendidik akan kurangnya pengetahuan peserta didik tentang zakat maka kami ingin sekali mencari solusi masalah tersebut. Menemukan cara bagaimana sebaiknya cara belajar aktif yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga mereka antusias mengikuti proses pembelajaran PAI tentang materi hidup lapang dengaan berbagi (zakat). Memahamkan peserta didik bahwa zakat hukumnya wajib dan implikasinya adalah pahala bagi yang menunaikannya dan neraka bagi yang menolak dan mengingkari perintah Allah Swt. Harapan nya peserta didik menyadari pentingnya menunaikan zakat karena hubungannya langsung dengan Allah, hartanya, dirinya maupun hubungan dengan kemanusiaan. Sehingga hasil belajar pada materi ini perlu ditingkatkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang zakat.

            Zakat merupakan salah satu pokok bahasan dari ilmu fiqih. Persoalan hukum fiqih tidak akan terlepas jauh dari kehidupan keseharian, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan secara kolektif dalam masyarakat umum. Di lingkungan keluarga menggunakan hukum fiqih, dalam kehidupan sosial juga butuh ilmu fiqih, dalam ilmu pemerintahan sekalipun akan mengacu pada aturan fiqih. Tiada dimensi kehidupan satupun yang tak tersentuh oleh hukum fiqih. Fiqih telah membahas hukum Islam secara komprehensif atau kaffah. Tanpa pedoman fiqih aturan hidup akan menjadi kacau balau. Yang menjadi permasahan berikutnya ialah bagaimana kiat mengajarkan ilmu fiqih kepada masyarakat. Jawabnya yaitu dengan mengawali pembinaan hukum fiqih mulai dari peserta didik Sekolah Dasar (SD) atau madrasah Ibtidaiyah (MI).

            Berdasarkan keterangan di atas hukum mempelajari ilmu fiqih berarti wajib bagi semua umat Islam. semua tahu mempelajari ilmu tentang hukum itu sangat sulit. Sebab cakupan bahasanya yang luas dan adanya penggunaan istilah-istilah khusus (asing) dalam materi pembelajarannya. Sehingga membutuhkan strategi yang jitu untuk bisa menghasilkan kegiatan pembelajaran yang baik. Bagaimana cara mempelajari ilmu fiqih dengan efektif dan efisien? Pertanyaan inilah yang akan di bahas dalam penelitian ini. Akan tetapi untuk lebih menspesifikkan pembahasan peneliti memfokuskan kajiannya pada materi hidup lapang dengan berbagi (zakat) kelas IV.

            Hasil pencapaian belajar siswa kelas IV SD Negeri Sondakan ternyata masih banyak siswa yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada ulangan harian. Data ini didapat dari hasil ulangan harian yang dikerjakan siswa. Hal ini diasumsikan karena penggunaan metode pembelajaran oleh guru yang bersifat teacher centered. Untuk itu maka peneliti tertarik untuk melakukan studi riset dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) ini. Dari uraian permasalahan di atas sekiranya perlu mengadakan inovasi pembelajaran dengan mengubah metode yang diterapkan. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.

            Dalam tindakan PTK peneliti menggunakan model pembelajaran problem based learning. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan. Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.

            Model pembelajaran problem based learning bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya. Dalam menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mengetahui kenapa mereka harus belajar, semua informasi yang mereka kumpulkan melalui analisis materi pembelajaran, eksperimen, ataupun melalui diskusi dengan temannya dengan metode jigsaw atau berkelompok misalnya bertujuan untuk memcahkan masalah yang dihadapi.

            Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar Materi Zakat Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning”.

 

2.    PEMBATASAN RUMUSAN MASALAH

     Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan      sebagai berikut : “Bagaimana penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hidup Lapang Dengan Berbagi Kelas IV SD Negeri Sondakan Tahun Ajaran 2022/2023?”

 

3.    TUJUAN PENELITIAN

1.      Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi semua pihak yang terkait untuk meningkatkan prestasi belajar PAI.

2.      Tujuan khusus

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi zakat kelas IV SD Negeri Sondakan dengan penerapan model problem based learning.

 

4.    MANFAAT PENELITIAN

1.      Manfaat Teoritis

a.       Dapat mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b.      Sebagai bahan informasi bagi berbagai kalangan yang hendak melakukan penelitian selanjutnya atau untuk mengetahui secara mendalam bagaimana proses penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan hasil belajar.

2.      Manfaat Praktis

a.       Manfaat bagi siswa

Penelitian ini membantu siswa dalam mengaktifkan dirinya dalam proses pembelajaran sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu melalui model problem based learning dapat menunjukkan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman informasi.

 

 

b.       Manfaat bagi guru

Menjadi bahan masukan untuk para praktisi Pendidikan khususnya guru PAI dalam menggunakan model pembelajaran problem based learning agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal.

c.       Bagi kepala sekolah

Menjadi bahan masukan bagi guru untuk mengembangkan kompetensinya. Terutama dalam menggunakan model – model pembelajaran Kurikulum Merdeka salah satunya problem based learning.

 

 

 

BAB II

KERANGKA TEORI

 

1.    LANDASAN TEORI

A.     Hasil Belajar

1)   Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Dalam KBBI dijelaskan pengertian “hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.” Pengertian lain “hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.” Dapat disimpulkan bahwa hasil yang ingin dicapai perlu adanya usaha berupa proses maupun aktifitas.

“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.” Selain itu juga belajar dapat diartikan sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatakan proses kognitif.” Dalam definisi lain menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”  Dari beberapa definisi di atas mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan dan proses berpikir.

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pretest, proses, dan posttest. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini.

1)             Pretest (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretest. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretest memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

2)             Proses

Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75% peserta didik terlihat secara aktif, baik fisik, mental maupun, sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaktidaknya Posttest sebagian besar 75%. Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.

3)             Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan posttest. Posttest memiliki banyak pengetahuan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian untuk mengukur seberapa jauh belajar yang siswa peroleh setelah melalui serangkaian proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengukur suatu hasil pada pencapaian tujuan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

2)   Jenis-Jenis Hasil Belajar

Howard Kingsley membagi “tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.”

Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu kategori. Kelima hal tersebut adalah sebagai berikut.

1)    Keterampilan intelektual, kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol huruf, angka, kata atau gambar.

2)    Informasi verbal, seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.

3)    Strategi kognitif, kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.

4)    Keterampilan motorik, seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu.

5)    Sikap, keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut antara lain sebagai berikut:

1)   Hafalan: Kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah.

2)   Pemahaman: Kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta.

3)   Penerapan: Kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus atau sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah.

4)   Analisis: Kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur.

5)   Sintesis: Kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan.

6)   Evaluasi: Kemampuan membuat penilaian dan mengambil.

Kawasan afektif, meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut:

1)         Penerimaan: Kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.

2)         Partisipasi/Merespon:    kesediaan memberikan respon dengan berpatisipasi.

3)         Penilaian/Penentuan Sikap: Kesedian untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut.

4)         Organisasi: Kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.

5)         Karakterisasi: Menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

1)         Persepsi: Kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain.

2)         Kesiapan: Kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan.

3)         Gerakan Terbimbing: Kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.

4)         Gerakan Terbiasa: Kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

5)         Gerakan Kompleks: Kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.

6)         Kreatifitas: Kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar bukan hanya diukur dari hasil kognitif akan tetapi membawa ke aspek yang lain pula diantaranya aspek afektif yang mana aspek ini melihatkan perubahan sikap dan nilai, dan juga membawa kepada aspek psikomotor berkaitan pada keterampilan dan kemampuan baik secara bertingkah laku, fisik dan psikologis.

 

B.      Materi Zakat Kelas IV SD

a.      Pengertian Pembelajaran PAI

Mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang membahas masalah fikih ibadah dan fikih muamalah. Fikih ibadah berisi pengenalan dan pemahaman tentang tata cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks fikih muamalahnya dibahas ketentuan makanan dan minuman yang halal dan yang haram, khitan, qurban, jual beli, dan pinjam meminjam.

Adapun Standar Kelulusan sesuai Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah yaitu mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli. Selain itu juga bertujuan melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pembelajaran fikih berfungsi sebagaimana berikut ini:

1)      Penanaman nilai – nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah sebagai pedoman kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

2)      Penanaman kebiasaan menerapkan hukum islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.

3)      Pembentukan kedisiplinan dan tanggung jawab sosial dimasyarakat.

4)      Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

5)      Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social melalui ibadah muamalah.

6)      Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

7)      Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih atau hukum islam pada jenjang yang lebih tinggi.

Dalam konteks ini pembelajaran PAI memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menerapkan hukum islam dalam keseharian. Materi pokok zakat kelas IV memiliki kompetensi dasar antara lain menjelaskan macam-macam zakat, menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat mal, dan mempraktikkan tata cara zakat fitrah dan zakat harta. Berikut ialah materi zakat kelas IV SD :

1.      Pengertian zakat benda/harta

Zakat secara Bahasa berarti menyucikan. Zakat berarti nama pula yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang serta mendapat keberkahan. Zakat harta menurut istilah hukum islam adalah dikeluarkannya harta oleh orang yang wajib mengeluarkan zakat kepada orang yang berhak menerima zakat. Syarat wajib zakat yaitu :

a.       Beragama Islam

b.      Pemberi zakat adalah orang yang merdeka, bukan budak

c.       Hartanya dimilik secara sah

d.      Telah mencapai satu nisab

e.       Telah mencapai haul

Dengan demikian yang dimaksud zakat harta adalah suatu kadar harta yang diberikan oleh orang yang wajib zakat mengeluarkannya kepada oang yang berhak menerimanya. Zakat juga berfungsi menyucikan diri dari sifat-sifat tercela dan untuk meyucikan harta kekayaannya yang dimilikinya. Hal itu berkaitan dengan firman Allah dalam Q.S. At-taubah : 103 yang artinya “ambilah zakat dari Sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka... (QS. At- Taubah: 103)

2.      Hukum zakat harta

Menunaikan zakat hukumnya fardhu ain, yaitu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang muslim. Dasar perintah zakat dijelaskan oleh Allah dalam surat al- Baqarah ayat 43 yang berarti “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43)

3.      Orang yang wajib zakat harta

Orang Islam yang memiliki harta kekayaan yang cukup wajib mengeluarkan zakat mal (harta). Zakat harta diserahkan kepada amil zakat (panitia zakat) atau kepada BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan sadaqah) yang  kemudian disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya sesuai ketentuan yang berlaku.

4.      Arti nisab dan haul

Nisab adalah batas atau jumlah minimal suatu harta wajib dikeluarkan zakatnya. Haul artinya harta yang wajib dizakati telah dimiliki selama satu tahun.

5.      Harta yang wajib dizakatkan

Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain binatang ternak, emas dan perak, hasil pertanian dn perkebunan, hasil perniagaan, rikaz dan pendapatan gaji.

6.      Orang yang berhak menerima zakat

Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik zakat. Penentuan mustahik ini didasarkan oleh firman Allah dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60. Berikut terjemahan ayatny “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang yang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang beruntung, sabilillah,, dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Mustahik zakat ada 8 golongan (asnaf) yaitu:

a.          Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai usaha dan penghasilan yang tetap

b.         Miskin, yaitu orang yang mempunyai penghasilan tetap tetapi penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan

c.          Amil, yaitu panitia yang mengurus, menerima, dan mneyalurkan zakat kepada orang yang berhak menerimanya

d.         Mualaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam, yang islamnya masih lemah.

e.          Budak, yaitu hamba sahaya yang masih berada di tangan majikannya

f.          Garim, yaitu orang yang berutang untuk kebaikan dan tidak mampu mengembalikan

g.         Sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah atau orang yang berjuang untuk menegakkan agama Allah

h.         Ibnu sabil, yaitu orang yang sedang perjalanan jauh untuk kebajkan (seprti pelajar atau mahasiswa yang kekurangan ongkos dalam perjalanan.

C.     Model Problem Based Learning

a.      Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.”

Definisi lain mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil- materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media computer, serta kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).

Adapun Soekamto dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dan mengorganisasikan pengalamanbelajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah serangkaian rencana yang memberikan gambaran tentang prosedur sistematis rancangan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran mencakup berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran, termasuk didalamnya adalah penerapan metode dan strategi, penggunaan media, pemberian evaluasi, dan lain sebagainya.

Model pembelajaran memiliki urgensi yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran merupakan panduan atau pedoman bagi para pendidik dalam hal pelaksanaan proses belajar mengajar. Pentingnya model pembelajaran ini menuntut keharusan kepada para pendidik agar dapat merancang dan menentukan model pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan dalm proses pembelajaran yang akan dilakukan.

b.      Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, di rancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

“Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan belajar.

Strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitif peserta didik terbiasa dalam pemecahan masalah mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari informasi dan membuat artefak sebagai laporan mereka.

Dilihat dari aspek psikologi, pembelajaran berbasis masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

“Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.”

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang memanfaatkan masalah yang nyata, dengan tujuan mempersiapkan dan membiasakan siswa menghadapi masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya.

c.       Tokoh Problem Based Learning

Tiga orang tokoh konstuktivistik yang banyak berbicara tentang pembelajaran berorientasi masalah, masing-masing adalah;

1)   John Dewey menyatakan bahwa sekolah merupakan laboraterium bagi peserta didik untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik di berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai proyek masalah sosial dan intelektual penting. Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar peserta didik harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula guru, guru harus menciptakan suasana agar peserta didik senantiasa merasa haus akan pengetahuan.

2)   Kilpatrick menjelaskan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak. Pembelajaran yang purposeful itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan memerintah anak-anak dalam kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri.

3)   Jean Piaget membenarkan bahwa anak-anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus berusaha memahami dunia disekitarnya. Keingintahuan anak terhadap lingkungan yang dialaminya, dia berusaha mengkonstruksikan secara aktif refresentasi-refresentasi dibenaknya tentang lingkungan yang dia alami.

d.      Ciri – ciri Problem Based Learning

Strategi pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning

memiliki tiga ciri utama, yaitu:

1)        Problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Problem based learning tidak mengharapkan siswa hanya mencatat, mendengar kemudian mengafal mata pelajaran, akan tetapi siswa dituntut untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

2)        Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, problem based learning menempatkan masalah sebagai kunci utama dalam proses pembelajaran.

3)        Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah, yaitu proses berpikir yang sistematis dan empiris.

e.       Pelaksanaan Problem Based Learning

Pertama, peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang dan maksimal 5 orang. Kedua, menentukan sarana dan tujuan pelajaran berbasis masalah adalah salah satu diantara tiga pertimbangan penting.

Tabel 2.1 Sintaks Problem based learning

Fase

Aktivitas Guru

Fase 1

Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang

diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi

Fase 3

Membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan

Fase4 Mengembangkan dan menyajikan laporan

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya

Fase 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah

 

f.        Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning

1)        Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajar

2)        Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

3)        Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

4)        Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

5)        Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

6)        Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir

Kelebihan yang lain dipaparkan secara singkat sebagai berikut:

1)    Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.

2)    Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.

3)    Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Disamping keunggulan, problem based learning juga memiliki kelemahan,            diantaranya:

1)                   Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

2)                   Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

3)                   Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari

Adapun kekurangan lain sebagai berikut:

1)         Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.

2)         Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3)         Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

 

2.    PENELITIAN TERDAHULU

1.    Hasil penelitian Lin Suciani Astuti (2011) yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”, menyatakan penerapan model  pembelajaran PBL (Problem based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia.

2.    Hasil Penelitian Robiatul Adawiyah (2011) yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara)”menyatakan bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.

3.    Hasil Penelitian Muhannimah (2016) yang berjudul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqh Melalui Model Problem Based Learning (Penelitian Tindakan Kelas VIII di MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi)”menyatakan bahwa penerapan model problem based learning pada materi zakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Al-Ihsan Pondok Gede.

 

3.    HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas yaitu : Adanya Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Zakat Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV SDN Sondakan.

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

1.        JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model problem based learning mencoba untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas tersebut.

Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) perlu kita telusuri pengertian penelitian tindakan. Menurut Kemmis, “penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.” Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan oleh Elliot yang menyatakan “penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.”

“Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris classroom action research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.”

Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap kegiatan setiap  siklus, yaitu:

1.         Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan.

2.         Tindakan (action)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3.         Pengamatan (observing)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.

4.         Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

2.        VARIABEL PENELITIAN

Ada dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel independen (variabel bebas) dan variabel despenden (variabel terikat). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Sementara variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variable bebas. Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.      Variabel Independen: Penerapan metode Problem Based Learning (PBL)

Metode Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman dalam pemecahan masalah yang struktur dan konteksnya mirip dengan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Dalam penelitian ini, PBL dijadikan sebagai variabel independen, yang berarti metode ini menjadi faktor yang diubah atau dikendalikan oleh peneliti untuk melihat dampaknya terhadap variabel dependen.

b.      Variabel Dependennya: Hasil belajar peserta didik pada materi Zakat

Hasil belajar peserta didik adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh atau dikembangkan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik pada materi Zakat menjadi variabel dependen. Artinya, variabel ini menjadi faktor yang diamati dan dicatat perubahannya sebagai akibat dari perubahan pada variabel independen (penerapan PBL).

3.        POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian merujuk keseluruhan individu, objek atau fenomena yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, populasi adalah siswa-siswi kelas IV SDN Sondakan Tahun Pelajaran 2022/2023 yang siswanya berjumlah 12 orang.

Sampel adalah sekelompok individu atau objek yang dipilih dari populasi untuk dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, sampel adalah seluruh kelas yang menjadi populasi dijadikan sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini juga adalah siswa-siswi kelas IV SDN Sondakan Tahun Pelajaran 2022/2023.

Proses pemilihan sampel dari populasi harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa sampel tersebut dapat mencerminkan karakteristik populasi. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena seluruh kelas dijadikan sampel, maka hasil penelitian diharapkan dapat mencerminkan kondisi sebenarnya yang terjadi di dalam kelas tersebut.

4.        JENIS, SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1.    Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (prestes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2.      Instrument non tes

a.       Lembar observasi

“Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.” Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan sintaks model problem based learning.

b.      Catatan lapangan

“Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas.”4 Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning.

c.       Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah- masalah yang dihadapi di kelas.

5.        TEKNIK ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Proses analisis diawali dengan mendata seluruh data yang ada dari berbagai sumber, baik berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Setelah itu mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan serta mengkategorikannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan data tentang aktifitas guru dan siswa, diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah. Analisis data tersebut berlangsung pada saat pengumpulan dan dengan pertimbangan analisis dilakukan berdasarkan analisis logis.

Pengujian teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dan dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara pretest dan posttest pada setiap siklus, untuk melihat perbedaan hasil belajar pada setiap siklus. Penelitian ini berhasil jika setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan hasil belajar pada materi.

Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest, gain menunjukan peningkatan atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Untuk perhitungan N-Gain. Uji normal gain digunakan untuk menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus menurut Meltzer.

N gain =

Dengan kategorisasi perolehan :

g tinggi = nilai (g)>0.70

g sedang = 0,70 > (g) > 0,3

g rendah = nilai (g) < 0,3

A.      Indikator Kerja

Penelitian ini mengungkapkan masalah rendahnya hasil belajar siswa. Data rendahnya hasil belajar siswa diperoleh dari hasil observasi pra penelitian.kemudian dengan memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai bahan pendukung dilakukan penelitian tindakan yaitu dengan mengubah pembelajaran bersifat konvensional dengan model problem based learning. Penerapan model problem based learning dilakukan berdasarkan asumsi bahwa hasil belajar siswa akan meningkat setelah diterapakan model problem based learning.

Penelitian tindakan ini diupayakan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi yakni meningkatkan hasil belajar siswa. Jika hasil yang diharapakan sudah tercapai maka penenlitian ini dihentikan atau siklus berakhir. Penelitian ini berakhir atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1.    Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI tentang zakat yang di lihat dari nilai rata – rata sudah mencapai nilai 75 atau lebih dan ketuntasan hasil belajar siswa yang diharapkan mencapai persentase 80% dengan nilai 75 atau lebih.

2.    Adanya peningkatan partisipasi aktif siswa pada proses pembelajaran yang di lihat dari lembar observasi.

B.       Prosedur Penelitian

1.    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 3 siklus

2.    Langkah – Langkah sederhana dalam siklus terdiri dari :

Tabel 3.2 tahapan pelaksanaan siklus

Perencanaan

1.       Menyiapkan kelas tempat penelitian

2.       Membuat Modul Ajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah

3.       Mendiskusikan Modul Ajar dengan kolaborator

4.       Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

5.       Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

6.       Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya

7.       Menyiapkan sumber belajar

Pelaksanaan

1.       Menyampaikan tujuan pembelajaran

2.       Pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan metode diskusi

3.       Membagi lembar tugas untuk didiskusikan secara kelompok

4.       Memonitor    kegiatan-kegiatan    siswa    pada   saar    proses pembelajaran

5.       Meminta hasil kerja setiap kelompok dikemukakan di depan kelas

6.       Menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama siswa

7.       Pemberian tugas kepada siswa pada materi yang akan

dibahas selanjutnya

Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus selanjutnya

 

Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi dijadikan feedback dalam merencanakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Serta melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul dari hasil observasi, hasil tes dan menentukan keberhasilan dan kelemahan atau kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan dasar perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

A.    DESKRIPSI KONDISI AWAL

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, bahwa data yang di peroleh masih banyak siswa yang kurang aktif memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa cenderung bermalas-malasan dalam mendengarkan penjelasan guru, sehingga hasilnya kurang maksimal. Proses pembelajaran di kelas cenderung monoton, karena dalam hal ini siswa hanya sebagai pendengar. Dikarenakan metode mengajar yang digunakan menggunakan model pembelajaran yang konvensional sehingga hal ini membuat siswa bosan. Guru menerangkan semua materi yang sedang dibahas, sedangkan siswa dituntut untuk mendengarkan. Hanya sesekali guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan apabila siswa tidak ada yang bertanya maka guru akan melanjutkan menerangkan materi. Sehingga hal ini membuat siswa jenuh dan kurang aktif di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi awal nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran PAI rendah. Banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Berikut ini adalah daftar hasil ulangan siswa kelas IV materi hidup lapang dengan berbagi (zakat):

 

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa PAI Materi Hidup Lapang dengan Berbagi Kelas IV

NO

NAMA

KKTP

NILAI

KETERANGAN

TUNTAS

TIDAK TUNTAS

1

Anin Syafira Mahira

75

80

 

2

Ardhana Putra

75

75

 

3

Bondan Kinanti

75

65

 

4

Danang Aji Syahputra

75

55

 

5

Emilia Cantika Dewi

75

65

 

 

6

Gandhi Pratama

75

90

 

7

Intan Permata

75

65

 

8

Kinan Veronika

75

75

 

9

Koko Mardiyanto

75

80

 

10

Syafilia indah marfu’ah

75

70

 

11

Tommy Kurniawan

75

70

 

Jumlah

 

790

5

6

Rata-rata

 

71,81

 

 

Perentase

 

 

45,45%

54,55%

 

Berdasarkan tabel diatas, bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 45,45% dan rata-rata kelasnya adalah 71,81. Hal ini masih jauh dibawah standar ketuntasan belajar PAI yang telah ditetapkan yaitu 75. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan adanya suatu tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru perlu melakukan strategi pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.

B.     Deskripsi Siklus I

1.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan menyiapkan modul ajar yang sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada materi Zakat. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Peserta didik dan menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Serta pengamatan teman sejawat. Selanjutnya guru membuat tes tulis untuk mengukur ketercapian tujuan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 30 November 2022 pada pukul 11.00 s.d 12.00 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 5 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiata inti adalah 25 menit, serta alokasi waktu kegiatan penutup adalah 5 menit

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) Salam, Doa dan mengecek kehadiran siswa, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan pembelajaran (3) menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan pemantik.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami mengidentifikasi masalah, menyelidiki dan memecahkan masalah, dan mempresentasikan. Untuk dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning, pertama-tama guru mengenalkan siswa pada masalah, kemudian membagi siswa dalam kelompok, dan membimbing siswa dalam penyelidikan kelompok dan individu, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi dan ditutup dengan evaluasi.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning (PBL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam

 

3.      Observasi

a.      Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan dirasa masih sangat kurang dan perlu adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran yang kurang aktif dan fokus pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan dalam kegiatan belajar mengajar PAI dan BP masih sangat jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah siswa 11 orang, terdapat 5 siswa atau 45,45% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 6 Siswa atau 54,55% . Data dapat dilihat pada tabel 2 di dibawah ini.

Tabel.2 Hasil Asesmen Pengetahuan

NO

NAMA

NILAI

KET

1

Anin Syafira Mahira

80

Tuntas

2

Ardhana Putra

75

Tuntas

3

Bondan Kinanti

65

Tdk Tuntas

4

Danang Aji Syahputra

55

Tdk Tuntas

5

Emilia Cantika Dewi

65

 

Tdktuntas

6

Gandhi Pratama

90

Tuntas

7

Intan Permata

65

Tdk Tuntas

8

Kinan Veronika

75

Tuntas

9

Koko Mardiyanto

80

Tuntas

10

Syafilia indah marfu’ah

70

Tdk Tuntas

11

Tommy Kurniawan

70

Tdk Tuntas

JUMLAH

790

 

RATA-RATA KELAS

71,81

KETUNTASAN KLASIKAL

45,45%

 

b.      Aktivitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Problem Based Learning pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat pada siklus I adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 11 siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat , ditunjukan yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat , siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan metode dan multimedia yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran Problem Based Learning

Tabel.3 Respon Siswa terhadap

Model Pembelajaran Problem Based Learning

No

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini?

11

100

0

0

2

Bagaimana perasaan kamu terhadap

 

 

 

 

 

a.       Materi pelajaran

11

100

0

0

 

b.       LKPD

10

90,1

1

9,09

 

c.       Suasana Belajar di kelas

10

90,1

1

9,09

 

d.       Cara penyajian materi oleh guru

11

100

0

0

3

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu?

11

100

0

0

4

Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu?

11

100

0

0

5

Apakah kau menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning

9

81,82

2

18,18

                        Ket : F = Frekuensi respon siswa

                                 N= Jumlah siswa : 11 orang            

c.       Aktivitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat pada siklus I sebesar 2,68 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel.4 Hasil Pengamatan teman sejawat

No

Aspek Yang diamati

Skor Pengamatan

Siklus I

Ket

1

Tujuan Pembelajaran

3

Baik

2

Materi Pembelajaran

2,8

Baik

3

Strategi Pembelajaran

2,5

Baik

4

Pemilihan Media Pembelajaran

2,7

Baik

5

Pemilihan sumber belajar

2,5

Baik

6

Pelaksanaan model PBL

2,6

Baik

7

Evaluasi

2,7

Baik

Ket:

0 – 1,49           = kurang baik

1,5 – 2,49        = cukup

2,5 – 3,49        = baik

3,5 – 4,0          = sangat baik

3.      S

4.      Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada proses penyelidikan masalah dan juga pengisian LKPD Kelompok maupun individu dan . Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi dengan baik. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi yang diselidiki, untuk masalah yang kedua peneliti meminta agar siswa lebih serius dan mengurangi saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Hidup lapang dengan berbagi khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat

 

C.    Deskripsi Siklus II

1.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa menyiapakn modul ajar yang sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada sub materi Infak dan Sedekah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Peserta Didik dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Serta pengamatan teman sejawat, Selanjutnya, guru membuat tes tulis untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

 

2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Desember 2022 pada pukul 07.35 s.d. 08.05 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiataninti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 5 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 25 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 5 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) Salam, Doa dan mengecek kehadiran siswa, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan pembelajaran (3) menggali pengetahuansiswa dengan pertanyaan pemantik.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami mengidentifikasi masalah, menyelidiki dan memecahkan masalah, dan mempresentasikan. Untuk dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning, pertama-tama guru mengenalkan siswa pada masalah, kemudian membagi siswa dalam kelompok, dan membimbing siswa dalam penyelidikan kelompok dan individu, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi dan ditutup dengan evaluasi. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulumeminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuankelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimaldimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus III antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning (PBL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam.

 

3.      Observasi

a.      Hasil Beajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap KegiatanPembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang munculpada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas V SD Negeri Sondakan dalam kegiatan belajarmengajar PAI dan BP ada peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapanmodel pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah siswa 11 orang, terdapat 8 siswa atau 72,73% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 27,27% yang tidak tuntas dengan nilai rerata sebesar 66,7. Data dapat dilihat pada tabel 8 di dibawah ini.

 

Tabel.8 Hasil Asesmen Pengetahuan Siklus II

NO

NAMA

NILAI

KET

1

Anin Syafira Mahira

75

Tuntas

2

Ardhana Putra

85

Tuntas

3

Bondan Kinanti

75

Tuntas

4

Danang Aji Syahputra

65

Tidak Tuntas

5

Emilia Cantika Dewi

75

Tuntas

6

Gandhi Pratama

85

Tuntas

7

Intan Permata

65

Tidak Tuntas

8

Kinan Veronika

75

Tuntas

9

Koko Mardiyanto

80

Tuntas

10

Syafilia indah marfu’ah

70

Tidak Tuntas

11

Tommy Kurniawan

75

Tuntas

JUMLAH

830

 

RATA-RATA KELAS

75

KETUNTASAN KLASIKAL

72,73%

 

a.       Aktivitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Problem Based Learning pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada siklus III adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning, ditunjukan pada tabel 9 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 11 siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Hidup Lapang dengan Berbagi, ditunjukan yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Hidup Lapang dengan Berbagi, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan metode dan multimedia yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran Problem Based Learning

 

 

 

Tabel.9 Respon Siswa terhadap

Model Pembelajaran Problem Based Learning

No

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini?

11

100

0

0

2

Bagaimana perasaan kamu terhadap

 

 

 

 

 

a.       Materi pelajaran

11

100

0

0

 

b.      LKPD

10

90,1

1

9,09

 

c.       Suasana Belajar di kelas

10

90,1

1

9,09

 

d.      Cara penyajian materi oleh guru

11

100

0

0

3

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu?

11

100

0

0

4

Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu?

11

100

0

0

5

Apakah kau menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning

10

90,1

1

9,09

                        Ket : F = Frekuensi respon siswa

                                 N= Jumlah siswa : 11 orang            

e.       Aktivitas Guru

            Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) ditunjukan pada tabel 7, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam materi Hidup Lapang dengan Berbagi pada siklus III sebesar 2,9 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel.10 Hasil Pengamatan teman sejawat

No

Aspek Yang diamati

Skor Pengamatan

Siklus I

Ket

1

Tujuan Pembelajaran

3

Baik

2

Materi Pembelajaran

4

Baik

3

Strategi Pembelajaran

2,5

Baik

4

Pemilihan Media Pembelajaran

2,7

Baik

5

Pemilihan sumber belajar

2,5

Baik

6

Pelaksanaan model PBL

2,8

Baik

7

Evaluasi

2,7

Baik

Ket:

0 – 1,49           = kurang baik

1,5 – 2,49        = cukup

2,5 – 3,49        = baik

3,5 – 4,0          = sangat baik

 

f.        Refleksi

            Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi dengan submateri zakat.

            Pada siklus III terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Hidup Lapang dengan Berbagi. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada proses penyelidikan masalah , dan juga pengisian LKPD Kelompok maupun individu dan . Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dan berbicara dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

            Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus III. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi dengan baik. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi yang diselidiki, untuk masalah yang kedua peneliti meminta agar siswa lebih serius dan mengurangi saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Hidup lapang dengan berbagi khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.       

 


BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Materi Hidup Lapang dengan Berbagi submateri Zakat Siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan. Namun hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan klasikal secara signifikan yaitu ≤80%, untuk itu maka penelitian tindakan kelas ini akan dilanjutkan ke siklus III

B.     Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran– saran, yaitu:

1.      Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2.      Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disarankan untuk membuat model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang lebih menarik dan bervariasi

 


DAFTAR PUSTAKA


Adawiyah, Robiatul. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara. Jakarta: FITK UIN, 2011

 

Ahmadi, Iif Khoiru dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011

 

Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana, 2010

 

Astuti, Lin Suciani. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Jakarta: FITK UIN, 2011

 

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

 

Depag R. GBPP MTs Mata Pelajaran Fikih. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993

 

Departemen Agama Republik Indonesia. al-Qur’an dan Terjemahan. Semarang: CV Adi Grafika, 1994

 

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002

 

E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

 

-----. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

 

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010

 

Mudlofir, Ali. Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pres, 2011

Muhanimah. Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model Problem Based Learning.Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2016.

 

Paizaluddin dan Ermalinda. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Alfabeta, 2013

 

 

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi pendidikan Agama Islam dan Baasa Arab di Madrasah. Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009

 

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

 

Redaksi Sinar Grafika. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika, 2011

 

Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011

 

Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007

 

Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group, 2010

 

-----. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2009

 

Santoso, Slamet Imam. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1987

 

Shihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994

 

Siregar, Eveline dan Hertini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

 

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003

 

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

 

Susanti, Afriani. “Siswa hanya Fokus Menghafal”. http://m.okezone.com. Jakarta.5 Mei 2016

 

Suwarna. Pengajarnan Mikro Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

 

Syafi’i, Nabila. Pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai. Jakarta: FITK UIN, 2011






Selengkapnya dapat di lihat di bawah ini!


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AKU SUKA MEMBACA BASMALAH DAN HAMDALAH MELALUI METODE CERAMAH INTERAKTIF PADA SISWA KELAS 1 SDN SONDAKAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2023-2024

Hukum Bacaan Nun Sukun dan Tanwin